Minggu, 15 Mei 2011

ikan belut

1.      PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Belut adalah jenis ikan darat yang tidak bersisik dan mampu hidup di air keruh. Hewan ini merupakan ikan darat yang tidak bersirip dan banyak dijumpai didaerah persawahan dan di rawa-rawa. Pada musim kemarau, belut membuat lubang didalam tanah yang lembab sebagai upaya untuk mempertahankan hidup.
Sebagian besar belut dipasaran masih merupakan hasil tangkapan dari alam. Sedangkan budidayanya sangat sedikit dan nyaris terseok-seok. Belut termasuk komoditas perikanan yang membutuhkan perlakuan berbeda dari ikan lain pada umumnya, sebab karakter hidupnya di lumpur yang menjadikannya berbeda.




















1.2  Rumusan Masalah
·         Pengenalan ikan belut ?
·         Klasifikasi ikan belut ?
·         Morfologi ikan belut ?
·         Habitat ikan belut ?
·         Kebiasaan ikan belut ?
·         Manfaat ikan belut ?

1.3  Tujuan
·         Untuk menjelaskan tentang ikan belut.
·         Untuk menjelaskan klasifikasi ikan belut.
·         Untuk menjelaskan morfologi ikan belut.
·         Untuk menjelaskan habitat ikan belut.
·         Untuk menjelaskan kebiasaan ikan belut.
·         Untuk menjelaskan manfaat ikan belut.

















2.      ISI

2.1  Pengenalan Ikan Belut






Belut adalah jenis ikan darat yang tidak bersisik dan mampu hidup di air keruh. Hewan ini merupakan ikan darat yang tidak bersirip dan banyak dijumpai didaerah persawahan dan di rawa-rawa. Pada musim kemarau, belut membuat lubang didalam tanah yang lembab sebagai upaya untuk mempertahankan hidup. Di Negara kita, daerah penyebarannya, ada di daerah Jawa, Madura, Bali, NTB, Flores, Sumatera, Kalimantan, hingga Sulawaesi.
Sebagian besar belut dipasaran masih merupakan hasil tangkapan dari alam. Sedangkan budidayanya sangat sedikit dan nyaris terseok-seok. Belut termasuk komoditas perikanan yang membutuhkan perlakuan berbeda dari ikan lain pada umumnya, sebab karakter hidupnya di lumpur yang menjadikannya berbeda.
            Terdapat tiga jenis belut yang dikenal selama ini, yaitu : Belut Sawah (Monopterus albus), Belut Rawa (Synbrancus bengalensis) dan Belut laut (Macrotema caligans).
Belut sawah memiliki ukuran panjang tubuh 20 kali dari lebar badannya, serta memiliki tiga lengkung insang.Sedangkan belut rawa memiliki ukuran panjang tubuh 30 kali dari lebar badannya, serta memiliki 4 lengkung insang. Sedangkan belut laut memiliki mata yang sangat kecil dan 4 lengkung insang. Belut sawah memiliki ukurang panjang rata-rata antara 25-40 cm dengan diameter sekitar 1,5 cm.


2.2  Klasfikasi Ikan Belut
Klasifikasi belut adalah sebagai berikut:
Kelas        : Pisces
Subkelas  : Teleostei
Ordo        : Synbranchoidae
Famili       : Synbranchidae
Genus      : Synbranchus
Species     : Synbranchus bengalensis Mc clell (jenis rawa); Monopterus albus                Zuieuw (jenis sawah); Macrotema caligans Cant (jenis kali/laut)

2.3  Morfologi Ikan Belut
Belut mempunyai ciri-ciri badan bulat panjang seperti ular tetapi tidak bersisik, dan kulitnya licin mengeluarkan lendir. Matanya kecil hampir tertutup oleh kulit. Giginya juga kecil runcing berbentuk kerucut dan bibir berupa lipatan kulit yang lebar di sekeliling mulutnya. Belut mempunyai sirip punggung, sirip dubur, dan sirip ekor yang sangat kecil, sehingga hampir tidak terlihat oleh mata.
Ukuran tubuh bervariasi, kebanyakan tidak suka berenang dan lebih suka bersembunyi di dalam lumpur. Semua jenis ikan ini adalah pemangsa. Biasanya memangsa hewan-hewan kecil di rawa atau sungai, seperti ikan, katak, serangga, serta krustasea kecil.

2.4  Habitat Ikan Belut
Habitat belut tersebar luas di perairan air tawar, baik perairan dangkal berlumpur, tepian sungai, kanal, danau dan kolam dengan dengan kedalaman kurang dari 1 meter. Pada habitat aslinya, media hidup belut berupa 80 % Lumpur dan 20 % air.  Karena belut memiliki alat Bantu pernapasan berupa kulit tipis berlendir yang terletak pada rongga mulutnya. Belut juga sangat toleran terhadap daerah bertemperatur dingin.
Belut merupakan ikan yang dapat beradaptasi dengan baik, selama tempat tersebut mengandung air, jadi tidak membutuhkan iklim dan geografis spesifik.


2.5 Kebiasaan Ikan Belut
Belut sangat menyukai perairan yang bersih dan kaya oksigen. Selama masa pertumbuhan, perubahan air menjadi basa, sering terjadi pada kolam pemeliharaan. Hal ini disebabkan antara lain tingginya kadar ammonia, seiring dengan bertumpuknya sisa-sisa pakan dan dekomposisi hasil metabolisme (pambusukan). Air basa akan tampak merah kecokelatan. Untuk mengatasinya diperlukan pergantian / sirkulasi air yang baik.
Secara alamiah, belut memakan makanan yang lebih kecil, seperti serangga, cacing, anak kodok, siput atau keong dan anak ikan. Karena sifat belut yang karnivora (pemakan daging), untuk mencegah kanibalisme belut, pemberian pakan perlu diperhatikan dengan baik, yaitu pakan yang mengandung protein tinggi,seperti keong mas (yang telah di rebus dan dicacah) bisa juga ayam yang telah mati namun harus dibakar lebih dahulu hingga matang (bulu-bulunya habis terbakar).

2.6  Manfaat Ikan Belut
·         Sumber Energi dan Protein
Dilihat dari komposisi gizinya, belut mempunyai nilai energi yang cukup tinggi, yaitu 303 kkal per 100 gram daging. Nilai energi belut jauh lebih tinggi dibandingkan telur (162 kkal/100 g tanpa kulit) dan daging sapi (207 kkal per 100 g).  Hal itulah yang menyebabkan belut sangat baik untuk digunakan sebagai sumber energi.
Nilai protein pada belut (18,4 g/100 g daging) setara dengan protein daging sapi (18,8 g/100g), tetapi lebih tinggi dari protein telur (12,8 g/100 g). Seperti jenis ikan lainnya, nilai cerna protein pada belut juga sangat tinggi, sehingga sangat cocok untuk sumber protein bagi semua kelompok usia, dari bayi hingga usia lanjut.
Protein belut juga kaya akan beberapa asam amino yang memiliki kualitas cukup baik, yaitu leusin, lisin, asam aspartat, dan asam glutamat. Leusin dan isoleusin merupakan asam amino esensial yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan anak-anak dan menjaga kesetimbangan nitrogen pada orang dewasa.
Leusin juga berguna untuk perombakan dan pembentukan protein otot. Asam glutamat sangat diperlukan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan asam aspartat untuk membantu kerja neurotransmitter.
Tingginya kadar asam glutamat pada belut menjadikan belut berasa enak dan gurih. Dalam proses pemasakannya tidak perlu ditambah penyedap rasa berupa monosodium glutamat (MSG).
Kandungan arginin (asam amino nonesensial) pada belut dapat memengaruhi produksi hormon pertumbuhan manusia yang populer dengan sebutan human growth hormone (HGH). HGH ini yang akan membantu meningkatkan kesehatan otot dan mengurangi penumpukan lemak di tubuh. Hasil uji laboratorium juga menunjukkan bahwa arginin berfungsi menghambat pertumbuhan sel-sel kanker payudara.
·         Kaya Mineral dan Vitamin
Belut kaya akan zat besi (20 mg/100 g), jauh lebih tinggi dibandingkan zat besi pada telur dan daging (2,8 mg/100g). Konsumsi 125 gram belut setiap hari telah memenuhi kebutuhan tubuh akan zat besi, yaitu 25 mg per hari. Zat besi sangat diperlukan tubuh untuk mencegah anemia gizi, yang ditandai oleh tubuh yang mudah lemah, letih, dan lesu.
Zat besi berguna untuk membentuk hemoglobin darah yang berfungsi membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Oksigen tersebut selanjutnya berfungsi untuk mengoksidasi karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi untuk aktivitas tubuh. Itulah yang menyebabkan gejala utama kekurangan zat besi adalah lemah, letih, dan tidak bertenaga. Zat besi juga berguna untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh, sehingga tidak mudah terserang berbagai penyakit infeksi.
                        Belut juga kaya akan fosfor. Nilainya dua kali lipat fosfor pada telur. Tanpa kehadiran fosfor, kalsium tidak dapat membentuk massa tulang. Karena itu, konsumsi fosfor harus berimbang dengan kalsium, agar tulang menjadi kokoh dan kuat, sehingga terbebas dari osteoporosis. Di dalam tubuh, fosfor yang berbentuk kristal kalsium fosfat umumnya (sekitar 80 persen) berada dalam tulang dan gigi.
                        Fungsi utama fosfor adalah sebagai pemberi energi dan kekuatan pada metabolisme lemak dan karbohidrat, sebagai penunjang kesehatan gigi dan gusi, untuk sintesis DNA serta penyerapan dan pemakaian kalsium. Kebutuhan fosfor bagi ibu hamil tentu lebih banyak dibandingkan saat-saat tidak mengandung, terutama untuk pembentukan tulang janinnya.
Jika asupan fosfor kurang, janin akan mengambilnya dari sang ibu. Ini salah satu penyebab penyakit tulang keropos pada ibu. Kebutuhan fosfor akan terpenuhi apabila konsumsi protein juga diperhatikan.
Kandungan vitamin A yang mencapai 1.600 SI per 100 g membuat belut sangat baik untuk digunakan sebagai pemelihara sel epitel. Selain itu, vitamin A juga sangat diperlukan tubuh untuk pertumbuhan, penglihatan, dan proses reproduksi.
Belut juga kaya akan vitamin B. Vitamin B umumnya berperan sebagai kofaktor dari suatu enzim, sehingga enzim dapat berfungsi normal dalam proses metabolisme tubuh. Vitamin B juga sangat penting bagi otak untuk berfungsi normal, membantu membentuk protein, hormon, dan sel darah merah.















3.      PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Dari pemaparan di atas dapt disimpulkan :
·         Belut adalah jenis ikan darat yang tidak bersisik dan mampu hidup di air keruh.
·         Belut dibagi menjadi 3 yaitu : belut sawah, belut rawa, dan belut laut.
·         Belut mempunyai ciri-ciri badan bulat panjang seperti ular tetapi tidak bersisik, dan kulitnya licin mengeluarkan lendir
·         Biasanyabelut  memangsa hewan-hewan kecil di rawa atau sungai, seperti ikan, katak, serangga, serta krustasea kecil.
·         Belut tersebar luas di perairan air tawar, baik perairan dangkal berlumpur, tepian sungai, kanal, danau dan kolam dengan dengan kedalaman kurang dari 1 meter.
·         Manfaat dari belut adalah : sumber energy dan protein dan kaya akan mineral dan vitamin.
















DAFTAR PUSTAKA

-          Anne, 2011. Ikan Belut. http://www.anneahira.com. Diakses pada tanggal 14 Mei 2011, pukul 12.47 WIB.
-          Mase, 2011. Manfaat Belut Untuk Tulang. http://masenchipz.com. Diakses pada tanggal 14 Mei 2011, pukul 12.41 WIB.
-          Mitra, 2010. Pengenalan Ikan Belut. http://belutmitrasukses.blogspot.com. Diakses pada tanggal 14 Mei 2011, pukul 12.06 WIB.
-          Sentra, 2011. Sejarah Tentang Belut. http://www.iptek.net.id. Diakses pada tanggal 14 Mei 2011, pukul 12.35 WIB.





laporan ilmu tanah

1.    PENDAHULUAN


1.1          Latar belakang

Tanah dalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuhan dan berkembangnya perakaran penampang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplay kebutuhan air dan udara, secara kimiawi sebagai gudang yang menyuplay hara atau nutrisi (senyawa organic dan an organic sederhana dan unsure-unsur essensial seperti N, P,K,Ca, M, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, CL ) dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organism) yang berpansipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat adiktif (pemicu tubuh, protein) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktifitas tanah untuk menghasilkan biomas dan produksi baik tanaman pangan , tanaman obat-obatan, industry perkebunan, maupun perkebunan (madjid, 2009).
Struktur tanah yang beronga-ronga juga menjadi tempat yang baik bagi akar untukbernafas dan tumbuh. Tanah yang menjadi habitat hidup sebagai mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk dan bergarak (paryolo, 2010)
Biofisik ialah ilmu yang mempelajari fenomena fisik di dalam tubuh mahluk hidup. Fenomena fisik yang terjadi di dalam tubuh mahluk hidup, diantaranya bobot jenis, tegangan permukaan dan emulsi. Massa jenis atau bobot jenis adalah  radio massa dari suatu benda atau zat dengan massa air pada volume dan temperature yang sama. Bobot jenis berfungsi menentukan zat. Sehap zat memiliki bobot jenis yang berbeda (raharjo, 2008)








1.2          Maksud dan Tujuan

Maksud dari praktikum ilmu tanah ini adalah :
·         Pengambilan contoh tanah
Untuk memperoleh data karakteristik  tanah yang tidak dapat diperoleh langsung dari pengamatan lapangan.
·         Penepatan bobot jenis, bobot isi, dan ruang pori tanah
Untuk dapat menghitung baik nilai BJ, BI, maupun ruang pori tanah.
·         Penetapan tekstur tanah
Untuk menegetahui perbedaan antara penetapan tekstur tanah secara sederhana dengan perasaan.
·         Konsistensi tanah
Untuk mengetahui ketahanan tanah terhadap tekanan /pijatan dengan tangan dengan berbagai kadar air tanah.
·         Kapasitas tanah menahan air
Untuk mengetahui kandungan air atau kemampuan air, partikel liat, dan pasir.
            Tujuan dari praktikum ilmu tanah adalah :
·         Pengambilan contoh tanah
Agar praktikan dapat mengetahui pengambilan contoh tanah utuh dan biasa.
·         Penentuan bobot jenis, bobot isi dan ruang pori tanah
Menghitung ruang pori tanah dengan Bi dan Bj yang sudah di sediakan.
·         Penetapan tekstur tanah
Mendeskripsikan dengan perasaan tentang pasir, debu dan liat.
·         Konsistensi tanah
Menetukan batas cair, batas plastis dan indeks plastisitas suatu tanah dengan metode atobe.



·         Kapasitas tanah menahan air
Untuk membuktikan bahwa, tanah-tanah yang mengandung partikel liat, debu dan pasir berbeda, mempunyai kemampuan yang berbeda pula.

1.3          Waktu dan Tempat

              Pada praktikum ilmu tanah ini dilaksanakan pada tanggal 8 April 2011, pada pukul 08.0 – 10.00 WIB di laboratorium stasiun percobaan Budidaya air tawar, Sumber pasir, kecamatan malang
              Praktikum ilmu tanah dengan materi pengambilan contoh tanah utuh, pengambilan contoh tanah biasa, penetapan tekstur tanah dengan perasaan, penetapan tekstur tanah secara sederhana dilaksanakan pada tanggal 8 april 2011, pada pukul 10.00-12.00 WIB di laboratorium stasiun percobaan budidaya air tawar, sumber pasir, kecamatan malang.
              Praktikum ilmu tanah dengan materi penetapan Bobot jenis, penetapan konsistensi tanah, kapasitas tanah menehan air, penetapan Bobot isi dilaksanakan pada tanggal 10 april 2011, pada pukul 08.00-11.00 WIB dilaksanakan di laboratorium stasiun percobaan budidaya air tawar, sumber pasir, kecamatan malang.












2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanah
2.1.1 Pengertian Tanah
Tanah adalah materi terkonsolidasi mineral dipermukaan bumi langsung yang berfungsi sebagai alami untuk pertumbuhan tanaman  lahan (Foth, 1984).
Tanah digambarkan sebagai batuan-batuan yang sudah dirombak menjadi partikel-partikel yang kecil yang kira-kira telah di ubah secara kimiawi bersama-sama dengan sisa-sisa tumbuhan dan binatang yang hidup di dalam dan di atasnya (Sarief, 1986).
2.1.2 Proses Pembentukan Tanah
·         Secara Kimia
Pelapukan kimia adalah pelapukan yang terjadi akibat peristiwa kimia. Biasanya yang menjadi perantara air, terutama air hujan. Air hujan atau air tanah selain senyawa H2O, juga  mengandung CO2 dari udara. Oleh karena itu, mengandung tenaga untuk melarutkan yang besar apalagi jika air itu mengenai batuan kapur atau kast (Majid, 2007).
Tampaknya pH tanah tidak begitu berkaitan dengan kenampakan morfologi warna tanah, baik pH H2O maupun pH KCl. Hal ini dapt dilihat dari data pH tanah yang relative sama pada masing-masing                lokasi (Agusman, 2006).
·         Secara Fisika
Pelapukan secara fisika yang terpenting adalah akibat naik turunnya suhu dan perbedaan kemampuan memuai (mengembang) dan mengerut dari masing-masing mineral, karena masing-masing mineral akibat perubahan suhu mengembang dan mengerut dengan  kekuatan yang berbeda-beda, maka batuan menjadi rapuh dan mudah            hancur (Sarwono, 1987).
Pada ke empat profil yang sangat berpengaruh bahan induk pembentuk tanah yang diduga berasal dari bahan induk abu volkan yang menyebabkan cepat terjadinya variasi antara horizon. Selain itu perbedaan sifat fisik disebabkan oleh fraksi-fraksi butir yang tidak seragam antara horizon, hal tersebut menyebabkan perbedaan nilai pada indeks     kemiripan (Resman, 2006).
·         Secara Biologi
Pelapukan biologis atau sering disebut juga pelapukan organic terjadi akibat proses organic. Pelakunya adalah makhluk hidup bisa oleh tumbuh-tumbuhan, hewan atau manusia. Akar tumbuh-tumbuhan bertambah panjang dapat menembus dan menghancurkan batuan, karena akar mampu mencengkram batuan. Bakteri merupakan media penghancur batuan yang ampuh cendawan dan lumut yang menutupi permukaan batuan dan menghisap makanan dari batu bias menghancurkan batuan tersebut (Majid, 2007).
Akar-akar yang masuk ke dalam batuan melalui retakan-retakan batuan dapat terus berkembang dengan kekuatan yang sangat tinggi sehingga dapat menghancurkan batuan tersebut . sel-sel akar yang berkembang dapat menimbulkan kekuatan lebih dari 10 atmosfer sehinggan tidak mengherankan kalau batuan menjadi hancur kaibat perkembangan akar di dalamnya ( Hardjowigeno, 1987).

2.1.3 Jenis –Jenis Tanah
Menurut Sidogol (2008),  jenis-jenis tanah yang ada di wilayah Negara Kesatuan Repulbik Indonesi adalah :
1. Tanah Humus
Tanah humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun dan batang pohon di hutan hujan tropis yang lebat.
2. Tanah Pasir
Tanah pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang terbentuk dari batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil.
3. Tanah Alluvial / Tanah Endapan
Tanah aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap di dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian.
4. Tanah Podzolit
Tanah podzolit adalah tanah subur yang umumnya berada di pegunungan dengan curah hujan yang tinggi dan bersuhu rendah / dingin.
5. Tanah Vulkanik / Tanah Gunung Berapi
Tanah vulkanis adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi letusan gunung berapi yang subur mengandung zat hara yang tinggi. Jenis tanah vulkanik dapat dijumpai di sekitar lereng gunung berapi.
6. Tanah Laterit
Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan unsur hara, namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan yang tinggi.
7. Tanah Mediteran / Tanah Kapur
Tanah mediteran adalah tanah sifatnya tidak subur yang terbentuk dari pelapukan batuan yang kapur.
8. Tanah Gambut / Tanah Organosol
Tanah organosol adalah jenis tanah yang kurang subur untuk bercocok tanam yang merupakan hasil bentukan pelapukan tumbuhan rawa.
Menurut Aditya (2010), jenis-jenis tanah adalah :
  1. Tanah Humus
    Tanah yang sangat subur berasal dari pelapukan daun dan batang di hutan hujan tropis yang lebat.
  2. Tanah Pasir
    Tanah yang kurang baik bagi pertanian. Terbentuk dari pelapukan batuan beku serta sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil.
  3. Tanah Aluvial
    Tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengedap di dataran rendah.
  4. Tanah Podzolit
    Tanah subur yang pada umumnya berada di pegunungan dengan curah hujan yang tinggi.
  5. Tanah Vulkanik
    Tanah yang terbentuk dari lapukan materi letusan gunung berapi dengan zat hara yang tinggi.
  6. Tanah Laterit
    Tanah yang tadinya subur menjadi tidak subur karena unsur hara pada tanah tersebut terbawa oleh air hujan.
  7. Tanah Mediteran
    Tanah yang terbentuk dari pelapukan batuan yang kapur.
  8. Tanah Gambut
    Tanah Yang terbentuk dari lapukan tumbuhan rawa.
2.1.4 Fungsi Tanah
Menurut Sarief (1986), peranan tanah sebagai alat prodeksi pertanian adalah sebagai berikut :
-          Tanah sebagai tempat berdirinya tanaman,
-          Tanah sebagai gudang tempat unsure-unsur hara yang diperlukan  tanaman,
-          Tanah sebagai tempat persediaan air bagi tanaman,
-          Tanah dengan tata udara yang baik merupakan lingkungan yang baik bagi pertumbuhan tanaman.
Tanah merupakan medium alami tempat tanaman hidup berkembang biak. Dan mati dan karenannya menyediakan sumber bahan organikselama bertahun-tahun karena dapat didaur ulang untuk nutrisi tanaman. Tanah menyediakan dukungan fisik yang diperlukan untuk berpegang bagi system pertkaran dan juga berfungsi sebagai reservoir uadar, air dan nutrient yang juga penting bagi pertumbuhan tanaman (Rao, 2007).
2.2 Pengambilan Contoh Tanah
2.2.1 Pengertian Pengambilan Contoh Tanah
Pengambilan contoh tanah sangat mempengaruhi tingkat kebenaran hasil analisa dilaboratorium. Metode atau cara pengambilan contoh tanah yang tepat sesuai dengan jenis analisis yang akan dilakukan merupakan persyaratan yag perlu diperhatikan (Mittha, 2009).
Contoh tanah adalah suatu volume massa tanah yang di ambil dari suatu bagian tubuh tanah (horizon/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu disesuaikan dengan sifat-sifat yang akan diteliti (Adam, 2010).

2.2.2 Macam – Macam Pengambilan Contoh Tanah
Pengambilan contoh tanah dapat dilakukan dengan 2 teknik dasar yaitu pengambilan contoh tanah secara utuh/tak tersusik dan pengambilan contoh tanah tak utuh/terusik.
-          Contoh tanah tidak terusik : yang diperlukan untuk analisa penetapan berat isi atau berat volume, agihan ukuran pori, dan untuk permeabilitas.
-          Contoh tanah terusik :  yang diperlukan untuk penetapan kadar lengas, tekstur, tetapan attaberg, kenaikan kapiler, sudut singgung, kadar lengas jritik, indeks patahan, konduktivitas hidroulik tak jenuh, luas permukaan, erodilitas tanah menggunakan hujan hirauan.
( Adam, 2010 )
Pengambilan contoh tanah berupa contoh tanah terganngu berupa agregat utuh. Contoh tanah terganggu digunakan untuk analisis sebaran partikel tanah (tekstur tanah) dan kandungan bahan organic tanah, sedang agregat utuh digunakan untuk analisis kemantapan agregat tanah (Suprayogo, etal, 2010).

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Contoh Tanah
Dengan demikian penganbilan contoh tanah yang di ambil di lapangan haruslah representatif artinya contoh tanah tersebut harus mewakili suatu areal atau luasan tertentu. Penyebab utama dari contoh yang tidak refresentatif ialah : (1) kontaminasi, dan (2) jumlah contoh tanah yang terlau sedikit untuk daerahyang vareabelitas kesuburannya tinggi (Jacob, 2010).
Menurut Ehsa (2011), factor yang pengaruhi pengambilan contoh pada tanah, yaitu :
-          Sifak fisik dan kimia tanah (status unsure hara tanah)
-          Adanya unsure-unsur beracun dalam tanah
-          Dasar penetapan dosis pupuk, dan kapur sehingga lebih efektif, efisien dan rasional
-          Data base untuk program perencanaan dan pengolahan tanah
2.3 Penentuan Tekstur Tanah
2.3.1 Pengertian Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan kandungan partikel-partikel tanah primer berupa fraksi lait, debu dan pasir dalam suatu tanah. Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah. Secarakualitatif bahwa tekstur dapat menggambarkan perasaan apakan bahan tanah tersebut kasar atau halus , hal ini dapat dirasakan dengan mengambil sedikit tanah basah di antara jari dan ibu jari, jika terasa halus dan agak licin maka menunjukkan bahwa tanah tersebut kandungan pasirnya cukup tinggi, pengamatan ini sering dilakukan oleh orang-orang yang sudahberpengalaman ( Sunarmi, dkk, 2006).
Tekstur tanah sangat mempengaruhi sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, seperti berat isi(bulk density), permeabelitas, kadar air, daya adsorpsi, dan kemudahan tanah untuk diolah. Tekstur tanah-tanah dari batuan tuf/abu volkan muda bervariasi dari bedebu hingga berpasir, tergantung pada sifat bahan volkan yang dierupsikan (Hikmatulloh, 2009).
Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang tergantung pada tanah (Badan Pertanian nasional)(Dedy, 2009).
2.3.2 Macam – Macam Tekstur Tanah
Tanan itu terdiri dari bahan padat, bahan cair, gas dan jasad hidup. Bahan padat itu terdiri atas organic dan anorganik, yang anorganik terdapat dalam bermacam-macam bentuk dan ukuran, berdasarkan  besar ukurannya dibagi dalam beberapa fraksi atau golongan. Fraksi batu >10 mm, kerikil 2-10 mm, pasir 0,05-2 mm, debu 0,02-0,05 mm, liat <0,05 mm (Kartasapoetra, 1987).
Teksur tanah yang menunjukkan kasar halusnya tanah maka berdasarkan perbandingan banyaknya masing-masing fraksi makan tanah dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kelas tekstur tanah, menurut Sunarmi (2006) yaitu:
-          Kasar         :  - pasir
         -  pasir berlempung
-          Agak kasar :  - lempung berpasir
         - lempung berpasir sangat halus
-          Sedang                  :  - lempung berpasir sangat halus
         - lempung
         - lempung berdebu
         - debu
-          Agak halus :  - lempung liat
         - lempung liat berpasir
         - lempung liat berdebu
-          Halus        :   - liat berpasir
         - liat berdebu
         - liat
(Sunarmi, 2006).
2.3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Tekstur Tanah
Manurut Hanifah (2008), secara keseluruhan tekstur tanah ditentukan oleh :
-          Ukuran dan komposisi partikel-partikel hasil pelapukan bahan penyusun tanah
-          Jenis dan proporsi komponen-komposes penyusun partikel-partikel ini
-          Keseimbangan antara suplai air, energy dan bahan dengan kehilangannya
-          Intensitas reaksi kimiawi dan biologis yang telah/sedang berlangsung.
Di samping mengetahui kelas tekstur dapat pula diketahui factor yang mempengaruhi tekstur tanah anatara lain : sifat-sifat fisika tanah yang lain seperti porositas, daya tahan terhadap air, ketersediaan air, mudah tidaknya diolah, laju ketetapan infilutrasi, konsistensi, kandungan unsure hara maupun menentukan jumlah kebutuhan air (Sunarmi, 2006).
2.3.4 Fungsi Penentuan Tekstur Tanah
Untuk menilai kesuburan suatu tanah, data-data yang diperoleh dari nama kelas tekstur tidak akan lebih dari angka-angka perbandingan antara fraksi-fraksi pasir , debu lait sendiri, karena hujan penetapan kelas-kelas tekstur sebetulnya adalah untuk memudahkan dan menyedarhanakan interpret tekstur untuk keperluan survay tanah dan studi perbandingan antar tanah. Hasil penelitian (survey dan percobaan) pada suatu tanah biasanya mengikutsertakan keterangan tentang tekstur tanahnya dalam bentuk yang diserhanakan, yakni kelas teksturnya (Indranada, 1985).
Untuk menilai kesuburan tanah, penetapan tekstur hamper tidak pernah ditinggalkan. Penetapan tekstur tanah di laboratorium didasarkan pada hukum stokes yang menyatakan bahwa kecepatan jauh atau pengendapan partikel berbentuk bola merupakan fungsi dari ukuran partikel tersebut. Dari mengambil dari partikel-partikel yang kita akan mengetahui masa fraksi pasir, debu dan tiap masing-masing (Foth, 1986).
2.4 Stuktur  Tanah
2.4.1 Pengertian Struktur Tanah
Definisi dari struktur adalah susunan partikel tanah dan ruang pori antara keduanya. Meliputi ukuran, bentuk, dan susunan agregat terbentuk ketika partikel primer terkumpul menjadi unit besar yang terpisah (A.K.Turner, 1984).
Tekstur mencerminan dari ukuran partikel dari fraksi-fraksi tanah, maka struktur merupakan kenampakan bentuk atau susunan partikel-partikel primer tanah (pasir, debu dan liat individual) hingga partikel-partikel sekunder yang membentuk agregat (bongkah) (Hanafiah, 2004).
Partikel-partikel di dalam tanah dapat berinteraksi membentuk kesatuan yang lebih besar. Organisasi partikel-pertikel tersebut di dalam tanah disebut sebagai struktur tanah (Buckman, 1960).
2.4.2 Macam-macam Strutur Tanah
Menurut Hardjowigeno (1987), terdapat 4 bentuk utama struktur tanah, antara lain :
-          Bentuk lempeng : dimensi horizontal lebih berkembang dari vertical, menghasilkan bentuk lempeng tebal disebut platy, sedangkan lempeng tipis disebut lampan.
-          Bentuk prisma : sumbu  vertical lebih berkembang dari lainnya, bagian samping agak datar (flat) menghasilkan bangunan bentuk pillar.
-          Bentuk butir : agregat yang membulat biasanya diameternya tidak lebih dari 2 cm. Umumnya terdapat pada horizon A yang dalam keadaan bebas disebut “Crumbs” atau Spharical.
-          Bentuk kubus : berbentuk  jika sumber horizontal sama dengan vertical. Jika sudutnya tajam disebut kubus ( subangular blocky). Ukurannya dapat mencapai 10 cm.
Menurut Restu (2010) macam-macam struktur tanah,  yaitu :
-           Struktur tanah berbutir (Granuar) : agregat yang membulat biasanya diameternya tidak lebih dari 2 cm. ummumnya terdapat dari horizon A yang dalam keadaan lepas disebut  “Crumbs” atau Spherical.
-           Kubus (Blocky) : berbentuk jika sumbu horizontal sama dengan sumbu vertical. Jika sudutnya tajam disebut kubus ( subangular blocky). Ukurannya dapat mencapai 10 cm.
-          Lempeng (Platy) : bentuknnya sumbu horizontal lebih panjang dari sumbu vertikalnya. Biasanya terjadi pada tanah liat yang baru terjadi secara deposisi (deposited).
-          Prisma : bentuknya jika sumbu vertikal lebih panjang dari pada sumbu horizontal. Jadi agregat terarah pada sumbu vertical sering kali mempunyai 6 sisi dan diameternya mencapai 16 cm. banyak terdapat pada horizon B, tanah berliat. Jika bentuk puncaknya datar disebut prisma dan membulat disebut kolumner.

2.4.3 Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Tanah
Factor yang mempengaruhi proses pembentukan struktur tanah, tetapi hanya 5 faktor yang dianggap penting yaitu : (1) iklim, (2) organisme, (3) bahan induk, (4) topografi dan (5) waktu (Hardjowigeno, 1987).
Factor yang mempengaruhi pembentukan struktur tanah ada 6, antara lain : (1) tanaman dan sisa tanaman, (2) air, (3) binatang atau hewan tanah, (4) suhu, (5) mikroba, (6) udara (Notohadiprawiro, 1999).
2.5  Penentuan Bobot Isi
2.5.1 Pengertian Bobot Isi
            Kerapatan massa (bobot isi = BI) adalah bobot massa tanah kondisi lapangan yang dikering-ovenkan persatuan volume. Nilai kerapatan massa tanah berbanding lurus dengan tingkat kekerasan partikel – partikel tanah, makin besar akan makin berat. Tanah lapisan atas yang bertekstur liat dan berstruktur granuler mempunyai BI antara 1,0-1,3 g cm-3, sedangkan berstruktur kasar ber BI antara 1,3-1,8 g m-3. BI air = 1 g m-3= 1 ton m-3 (Hanafiah, 2004).
            Kerapatan massa adalah berat per unit volume tanah yang dikeringkan dengan oven yang biasanya dinyatakan dalam gr/cm3. Contoh dan ”core” digunakan untuk mengetahui kerapatan massa diperoleh dengan alat seperti gambar 2-10. Hati-hati dalam membuat “core” sehingga struktur alami tanah tetap terpelihara. Setiap perubahan dalam struktur tanah mungkin untuk mengubah jumlah ruang-ruang poi dan juga berat per unit volume empat lores atau lebih biasanya diperoleh dari masing-masing horizon tanah untuk memperoleh nilai rata-tara yang rialiabel (Foth, 1984).
2.5.2 Faktor Yang Mempengaruhi Bobot Isi
            Tanah disebut berstruktur “berliat” jika kandungan litany >35% prositasnya relative tinggi (60%), tetapi sebagian besar merupakan pori berukuran kecil. Akibatnya, daya hantar air sangat lambat, dan sirkulasi udara kurang lancar. Kemampuan menyimpan air dan hara tanman tinggi. Air yang akan diserap dengan energy yang tinggi, sehingga sulit dilepaskan terutama bila kering, sehingga juga kurang tersedia untuk tanaman. Tanah liat juga disebut tanah berat karena sulit diolah (Islami, 1995).
            Bobot isi ditentukan dengan jumlah ruang pori serta kepadatan tanah yang memilih berat yang rendah persatuan volume. Hal ini disebabkan karena tanah berpasir cendeung lebih mudah lepas terhadap partikel-partikel tanah disekitarnya. Sehingga pasir ini mudah untuk muncul kepermukaan                tanah (Buckman, 1960).
2.5.3 Fungsi Penentuan Bobot Isi
            Nilai berat suatu tanah digunakan secara luas. Ini diperlukan untuk konversi prosentase air dalam berat ke kandungan air volume untuk menghitung prositas jika berat jenis partikelnya diketahui dan untuk memperkirakan berat dari volume tanah yang sangat besar. Nilai berat suatu tanah berbeda-beda tergantung kondisi struktur tanahnya, terutama dikaitkan dengan pemadatan, oleh karena itu berat isi sering digunakan sebagai ukuran struktur                          tanah (Adekoer, 2010).
            Bobot isi tanah (Bulk Density) adalah pengukuran pengepakan atau komposisi partikel-partikel tanah (pasir, debu dan liat). Bobot isi tanah bervariasi tergantung pada kerekatan partikel-partikel tanah itu. Bobot isi tanah dapat digunakan untuk menunjukkan nilai batas tanah dan membatasi kemampuan akar untuk menenbus (penetrasi) tanah dan untuk pertumbuhan akar                          tersebut (Risma, 2010). 
2.6 Penentuan Bobot Jenis
2.6.1 Pengetian Bobot Jenis
Bobot jenis partikel tanah (PP), yang di dalalm bukku teks bahasa inggris disebut partikel density, adalah nisbah antara massa padatan dengan volume padatan tanah, jadi :
PP :  
Besarnya bobot jenis partikel (PP) tanah pertanian bervariasi antara 2,2 – 2,8 mgcm-3 (Islami, 1995).
Kerapatan zarah tiap jenis tanah adalah konstan dan tidak bervariasi dengan jumlah ruang antara partikel-partikel. Untuk kebanyakan tanah-tanah mineral, rata-rata kerapatan zarahnya adalah 2,65 gr/cm3. Perbedaan kerapatan zarah di antara jenis-jenis tanah tidak begitu besar kecuali terdapat variasi yang besar didalam kandungan bahan organism dan komposisi mineral                  tanah (Indranada, 1985).
2.6.2 Faktor Yang Mempengaruhi Bobot Jenis
Bobot jenis dipengaruhi oleh kandungan bahan organic tanah dan kepadatan jennies partikel tanah. Kandungan bahan organic yang tinggi menyebbkan tanah mempunyai bobot jenis partikel (PP) rendah. Tanah andosol, misalnya bobot jenis partikelnya hanya 2,2 – 2,4 mgm-3 (Islami, 1995).
Untuk menentukan kerapatan partikel tanah pertimbangan hanya diberikan untuk partikel yang solid. Oleh karena itu, kerapatan partikel seetiap tanah merupakan suatu teteapn dan tidak bervariaasi menurut jumlah ruang partkel. Hal ini didefinisikan sebagai massa unit tiap volume partikel tanah dan kerap kali dinyatakan dalam gram/m3. Untuk kebanyakan tanah mineral kerapatan partikelnya rata-rata sekitar 2,6 gram/cm3. Hal ini tidak berbeda banyak pada tanah yang berbeda. Jika ada, akan terdapat suatu variasi yang harus mempertimbangkan kandungan tanah organic atau komposisi                     mineral (Foth, 1997).
2.6.3 Fungsi Penentuan Bobot Jenis
Berat jenis dari suatu partikel tanah memperlihatkan dari suatu partikel secara keseluruhan. Hal ini menunjukkan sebagai perbandingan massa total dari partikel padatan dengan total volume dan tidak termasuk ruang ppori di antara partikel (termasuk berat air dan udara). Besarnya berat jenis partikel bahan organic umumnya sekitar antara 1,3 – 1,5 gram per cm-3 (Adekoer, 2010).
Bobot jenis partikel (particle dencity) dari suatu tanah menunjukkan kerapatan dari partikel dapat secara keseluruhan. Hal ini menunjukkan sebagai perbandingan massa total dari partkel padatan dengan total volume dan tidak termasuk ruang pori antar partikel berat jenis partikel ini penting dalam penentuan laju sedimentasi, pergerakan partikel oleh air dan angin (Bimbi, 2010).
2.7 Penentuan Ruang Pori
2.7.1 Pengertian Ruang Pori Tanah
Pori-pori tanah adalah bagian yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi oleh udara atau air). Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori-pori kasar (macro pore) dan pori-pori halus (micro pore). Pori-pori kasar berisi udara atau air gravitasi (air yang mudah hilang karena gaya gravitasi), sedang pori-pori halus berisi air kapiler atau udara. Tanah-tanah pasir mempunyai pori-pori kasar lebih banyak dari pada tanah liat ( Hadjowigeno, 2005).
Ruang pori tanah adalah porsi tanah yang berisi dengan uadara dan air. Kapasitas banyaknya ruang pori sangat besar dan luas yang disusun oleh zat padat (Foth, 1984)
Porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara, sehingga merupakan indicator kondisi drainase dan aerasi tanah. Tanah yang poreus berarti tanah yang cukup mempunyai ruang pori untuk pergerakan air da udara masuk-keluar tanah secara leluasa, sebaliknya jika tanah tidak                        poroseus (Hanafiah, 2004).
2.7.2 Faktor Yang Mempengaruhi Pori Tanah
Struktur tanah sangat menentukan besar ruang tersebut. Hubungan antara massa tanah dan ruang yang dapat terbentuk (volume tanah) ditentukan olehnya (Indaranada, 1986).
Pergerakan dan penimbunan liat di horizon-horizon organic atau Bt menurunkan ruang pori dan menaikkan kerapatan tanah. Hal ini telah ditekankan bahwa tanah permukaan yang berpasir mempunyai porositas kecil daripada tanah liat. Berarti bahwa tanah pasir mempunyai volume ruang yang lebih sedikit yang ditempati oleh ruang pori (Hanafiah, 2004).
Tanah dengan tekstur halus mempunyai kisaran ukuran dan bentuk partikelnya yang luas. Partikel dibungkkus tertutup dan tanah selalu mempunyai ped (Forth, 1986).
Menurut Hardjowigeno (2005), porositas tanah dipengaruhi :
-          Kandungan bahan organic
-          Struktur tanah
-          Tekstur tanah




2.7.3 Fungsi Penentuan Ruang Pori Tanah
Presentase ruang pori dalam tanah dapat dihitung dari kerapatan isi dan kerapatan zarah, jika keduanya ditetapkan dalam pengukuran yang sama. Gumpal tanah yang digunakan untuk menentukan kerapatan isi dapat pula digunakan untuk menentukan ruang pori-pori total (Tan, 1986).
Tanah yang bertekstrur halus akan mempunyai presentase dari pori total lebih tnggi dari pada bertekstur kasar, walaupun ukuran pori dar tanah bertekstur halus kebanyakan sangat kecil dan porositas sama sekali tidak menunjukkan distribusi ukuran  pori dalam tanah yang merupakan suatu sifat yang            penting (Risma, 2010).
2.8 Konsistensi Tanah
2.8.1 Pengertian Konsistensi Tanah
Konsistensi menyatakan daya tahan tanah melawan kakas tusuk, deformasi, atas kakas pematahan. Konsistensi merupakan ungkapan mekanik daya ikat antar zarah tanah yang berkaitan dengan tingkat dan macam kohesi dan adhesi, ini berarti konsistensi dipengaruhi oleh kadar air                                 tanah (Notohadiprawiro, 1999).
Istilah konsistensi tanah menunjukkan pada tarik menarik antar jarak tanah dalam suatu massa tanah atau menunjuk pada ketahannya terhadap pemisahan atau perubahan bentuk (Lutz dan Chandler, 1965) dalam (Poerwowidodo, 1991).
2.8.2  Macam – Macam konsistensi Tanah
Konsistensi tanah dikelompokkan dalam 4 bentuk utama berdasarkan segi kelengasan massa tanah, yaitu: 1) konsistensi lekat, 2) konsistensi plastis, 3) konsistebsi lunak, 4) konsistensi keras ( Poerwowidodo, 1991).
Menurut Notohadiprawiro (1999), konsistensi terpisahkan menurut tingakt kebasahan tanah sebagai berikut :
-          Tanah kering : tanah nberada pada ketahanan padat, tingkat nisbi konsistensi sangat tinggi dengan sifat sangat keras, keras, teguh, atau rapuh, tergantung pada jumlah tapak singgung antar zarah tiap satuan volum, dan daya tumpu tinggi dengan pengukuran penetro meter. Kohesi menjadi pelaku utama
-          Tanah lembab : tanah berada pada tahanan padat, tingkat nisbi konsistensi rendah dnegan sifat lunak atau gembur dan agak lekat atau tidak lekat, dan daya tumpu cukup tinggi. Daya adhesi dan kohesi sama-sama menjadi pelaku.
-          Tanah basah : tanah berada pada tahanan liat, tingkat nisbi konsistensi tinggi dengan sifat sangat liat, liat, atau agak liat. Dan sangat lekat, lekat, atau agak lekat, dan daya tumpu sangat rendah atau rendah. Adhesi menjadi pelaku utama.
-          Tanah sangat basah/jenuh air : tanah berada pada tanaman lumpur (bubur), tingkat nisbi konsistensi sangat rendah dengan sifat kental dan daya tupu dapat dikatakan nihil.

2.8.3 Faktor Yang Mempengaruhi Konsistensi Tanah
Konsistensi dipengaruhu oleh kadar air tanah. Factor-faktor lain yang menyumbang pada konsistensi ialah bahan-bahan penyemen agregat tanah, bentuk dan ukuran agregat, serta tingkat agregasi. Jadi konsistensi berkaitan erat dengan struktur factor-faktor yang menentukan struktur tanah, seperti tekstrur, macam lempung, dan kadar bahan organic, juga ikut menentuka konsistensi tanah (Notohadiprawiro, 1999).
Istilah konsistensi ini dicoba dengan melalui berbagai criteria, hodgson (197) menberikonsistensi tanah berdasar enam criteria yaitu : 1) pembentukan bola-bola tanah, 2) kekuatan tanah, 3)cirri keruntuhan tanah, 4) penyemenan, 5) kelekatan maksimal, dan 6) plastisitas maksimal (Poerwowidodo, 1991).


2.8.4 Fungsi Penentuan Konsistensi Tanah
Menurut Hanafiah (2004) Hasil penentuan konsistensi tanah-tanah di swedia oleh Attaberg, disebut konstanta Attaberg dapat digunakan sebagai indeks uang.
-          Mengindikasikan tingkat akumulasi liat di dalam profil tanah
-          Mendasari teknik pengolaan tanah dan perancangan alat-alat mekanisme pertanian
Menurut Foth (1984) Konsistensi digambarkan untuk tingkat kelembapan basah, lembab dan kering. Saat tanah tanah tertentu menjadi lekat bila basah, teguh bila keras dan kering. Istila-istila tersebut digunakan unruk menggambarkan termasuk :
-          Tanah basah : tidak lekat, lekat, tidak plastis, plastis
-          Tanah lembab : mudah lepas, mudah pecah, teguh
-          Tanah kering : lepas, halus, keras
2.9 Kapasitas Tanah Manahan Air
2.9.1 Pengertian Kapasitas Tanah Menahan Air
Kapasitas menahan air berhubungan dengan luas permukaan absorpsi dan volume ruang pori, sehingga ia ditentukan baik oleh tekstur maupun struktur tanah. Tanah berstruktur halus mempunyai kapasitas total menahan air tertingi, apabila jika air tersedia tertinggi dipunyai oleh tanah berstruktur sedang pengaruh bahan organic, untuk semata-mata disebabkan oleh kemampuan bahan organic menahan air, tetapi juga peranannya dalam pembentukannya struktur dan porositas tanah (Indra, 2005).
Kapasitas lapang adalah keadaan tanah yang cukup lembab yang menunjukkan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik : gravitasi. Air yang dapt ditahan oleh tanah terus-menerus diserap oleh akar-akar tanaman atau menguap sehingga tanah semakin lama semakin kering (Jefry, 2010).
2.9.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kapasitas Tanah Menahan Air
Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tanah. Tanah-tanah nerstruktur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil dari pada tanah berstruktur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam di tanah pasir umumnya llebih mudah kekeringan dari pada tanah berstruktur lempung atau     liat (Jefry, 2010).
Kapasitas tanah menahan air hujan dan aliran permukaan sebelum air tersebut mengalir  ke sungai yakni sebagai mengendali banjir. Perubahan tipe penggunaan lahan, misalnya dari hutan atau sawah menjadi kawasan permukaan atau penggunaan lainnya akan mempengaruhi keampuan tanah menahan air hujan dan aliran permukaan secara keseluruhan kurangnya penutupan lahan di wilayah bagian atas merupakan salah satu factor penyebab rendahnya kemampuan tanah menahan air hujan dan aliran permukaan. Kemampuan tersebut dapat ditingkatkan dengan memperbaiki penutupan lahan baik dengan menanam tanaman, pohon-pohonan, membuat cedam atau embung, dan memassyarakatkan system usaha tani konservasi yakni penetapan teknik-teknik konservasi tanah dan air dalam mengelola lahan usaha               tani (Endang, 2006).
2.9.3 Fungsi Penentuan Kapasitas Tanah Menahan Air
Menurut Jefry (2010), berbagai fungi air bagi pertumbuhan tanaman adalah :
(1)  Sebagai unsure hara tanaman
Tanaman memerlukan air dan tanah bersamaan dengan kebutuhan CO2 dan udara untuk membentuk gula dan karbohidrat dalam proses fotosintesis.
(2)  Sebagai pelarut unsure hara
Unsure-unsur hra yang terlarut dalam air diserap oleh akar-akar tanaman dari larutan tersebut.
(3)  Sebagai bagian dari sel-sel tanaman
Air merupakan bagian dari protoplasma sel tanaman.
Menurut fery (2009), bahwa air merupakan komponen penting yang dapat menguntungkan dan sering pula merugikan. Beberapa peranan yang menguntungkan dari air adalah :
-          Sebagai pelarut dan membawa ion-ion hara dari rhizofer kedalam akar tanaman.
-          Sebagai pelarut dan pemacu reaksi kimia dalam menyediaan hara yaitu :dari hara tidak tersedia menjadi hara yang tersedia bagi akar tanaman.
-          Sebagai agen pemicu pelapukan bahan induk, perkembangan tanah, dan riferrensi horizon.
-          Sebagai penompang aktifitas microbial dalam merombak unsure hara yang semula tidak tersedia menjadi tersedia bagi akar tanaman.
-          Sebagai pembawa oksigen terlarut dalam tanah
-          Sebagai stabilisator temperature tanah
-          Mempermudah dalam pengolahan tanah.



















3. METODOLOGI
3.1 Alat dan Fungsinya
a. Pengambilan contoh tanah utuh
Alat yang digunakan dalam praktikum Ilmu Tanah tentang Pengambilan contoh tanah utuh adalah :
-Ring sampel               : untuk mengambil sampel tanah utuh dengan mudah.
-Cetok                          : untuk mengambil dan menggali tanah.
-Nampan                     : untuk wadah peralatan dan sampel tanah agar tidak rusak dalam perjalanan.
-Jangka Sorong          : untuk mengukur diameter dan tinggi ring sampel.
-Timbangan Analitik    : untuk menimbang ring sampel dengan ketelitian 0,01 gr.
-Palu                            : untuk membantu memasukkan ring sampel.
b. Pengambilan contoh tanah biasa
Alat yang digunakan dalam praktikum Ilmu Tanah tentang Pengambilan contoh tanah biasa adalah :
-Cetok            : untuk mengambil dan menggali tanah.
-Nampan       : untuk wadah peralatan dan sampel tanah agar tidak rusak dalam perjalanan.
c. Penentuan Bobot Isi
Alat yang digunakan dalam praktikum Ilmu Tanah tentang Penentuan bobot isi adalah :
- Timbangan Analitik   : untuk menimbang ring sampel dengan ketelitian 0,01 gr.
- Jangka Sorong         : untuk mengukur diameter dan tinggi ring sampel.
- Ring sampel              : untuk mengambil sampel tanah utuh dengan mudah.
-Palu                            : untuk menghaluskan tanah.
-Kalkulator                   : untuk menghitung bobot jenis tanah.
-Oven                          : untuk mengeringkan tanah pada ring sampel.
d. Penentuan tekstur tanah dengan perasaan
Alat yang digunakan dalam praktikum Ilmu Tanah tentang Penentuan tekstur tanah dengan perasaan adalah :
-Nampan                     : untuk wadah peralatan dan sampel tanah.
-Water sampel            : untuk tempat air.
e. Penetapan tekstur tanah secara sederhana
Alat yang digunakan dalam praktikum Ilmu Tanah tentang Penentuan tekstur tanah secara sederhana adalah :
- Timbangan Analitik   : untuk menimbang ring sampel dengan ketelitian 0,01 gr.
-Beaker glass 250 ml  : sebagai tempat air objek pengamatan.
-Gelas ukur 100 ml     : untuk wadah peralatan dan sampal tanah.
-Water sampel            : Untuk tempat air.
-Palu                            : untuk menghaluskan tanah.



f. Penentuan Bobot Jenis
Alat yang digunakan dalam praktikum Ilmu Tanah tentang Penentuan Bobot Jenis adalah :
- Timbangan Analitik   : untuk menimbang ring sampel dengan ketelitian 0,01 gr.
- Jangka Sorong : untuk mengukur diameter dan tinggi ring sampel.
- Ring sampel              : untuk mengambil sampel tanah utuh dengan mudah.
-Palu                            : untuk menghaluskan tanah.
-Kalkulator                   : untuk menhitung bobot jenis tanah.
- Oven                         : untuk mengeringkan tanah pada ring sampel.
-Beaker glass 250 ml  : sebagai tempat air objek pengamatan.
-Gelas ukur 100 ml     : untuk wadah peralatan dan sampal tanah.
-Ayakan                      : untuk menyaring tanah yang telah dihaluskan.
-Spatula                       : untuk mengaduk.
g. Konsistensi Tanah
Alat yang digunakan dalam praktikum Ilmu Tanah tentang Konsistensi Tanah adalah :
-Nampan                     : untuk wadah peralatan dan sampel tanah.
-Botol Semprot            : untuk tempat air.



3.2 Bahan dan Fungsinya
a. Pengambilan contoh tanah utuh
Bahan-bahan yang digunakan dalam Praktikum Ilmu Tanah tentang Pengambilan Contoh Tanah Utuh adalah :
-Tanah             : sebagai objek pengamatan.
-Kertas label    : untuk member tanda.
-Koran             : sebagai alas untuk menghaluskan tanah.
b. Pengambilan Contoh Tanah Sederhana
Bahan-bahan yang digunakan dalam Praktikum Ilmu Tanah tentang Pengambilan Contoh Tanah Sederhana adalah :
-Tanah           : sebagai objek pengamatan.
-Kertas label  : untuk member tanda.
c. Penentuan Bobot Isi
Bahan-bahan yang digunakan dalam Praktikum Ilmu Tanah tentang Penentuan Bobot Isi adalah :
-Tanah kering oven     : sebagai objek pengamatan.
-Koran                         : sebagai alas untuk menghancurkan tanah.
d. Penetapan Tekstur Tanah dengan Perasaan
Bahan-bahan yang digunakan dalam Praktikum Ilmu Tanah tentang Penetapan Tekstur Tanah dengan Perasaan adalah :
-Tanah           : sebagai objek pengamatan.
-Koran            : sebagai alas untuk menghaluskan tanah.
e. Penetapan Tekstur Tanah dengan Sederhana
Bahan-bahan yang digunakan dalam Praktikum Ilmu Tanah tentang Penetapan Tekstur Tanah dengan Sederhana adalah :
-Tanah           : sebagai objek pengamatan.
-Air                 : sebagai media yang dihitung pada beaker glass.
-Koran            : sebagai alas untuk menghaluskan tanah.
-Air                 : sebagai media yang dihitung pada beaker glass.
f. Penentuan Bobot Isi
Bahan-bahan yang digunakan dalam Praktikum Ilmu Tanah tentang Penentuan Bobot Isi adalah :
-Tanah kering Oven    : sebagai objek pengamatan.
-Koran                         : sebagai alas untuk menghaluskan tanah.
-Air panas                    : untuk menghaluskan tanah.
g. Konsistensi Tanah
Bahan-bahan yang digunakan dalam Praktikum Ilmu Tanah tentang Konsistensi Tanah adalah :
-Tanah           : sebagai objek pengamatan.
-Air                 : sebagai media yang dihitung pada beaker glass.



3.3 Skema Kerja
3.2.2 Penentuan Tekstur Tanah dengan Perasaan
a)    Penentuan Tekstur Tanah dengan Perasaan
Contoh Tanah Biasa
Dihaluskan lebih kurang 100 gram


Disiapkan air dalam botol semprot



Diteteskan air sedikit demi sedikit
sambil diaduk - aduk dan digosok

dengan telunjuk tangan yang lain


Dirasakan tekstur tanahnya



Ditambah air lagi ( sedikit demi -
sedikit) dan dipijat - pijat antara ibu jari

dan telunjuk ( lekat / mudah lepas )

Ditambah sedikit air lagi sampai bisa digulung



Dibuat gulungan air lagi sampai bisa digulung



Dibuat gulungan ± 1/2 cm panjang 5 cm



Ditentukan lalas tekstur tanah yang dianalisa


Hasil


b)    Penetapan tekstur Tanah Secara Sederhana
Tanah Dikeringkan



Dihaluskan





Ditimbang sebanyak 50 gram





Dimasukan kedalam gelas ukur 100 ml



Ditambahkan air sampai 100 ml



Dipindahkan kebeaker glass 250 ml



Diaduk hingga tanah larut



Dipindahkan ke glass ukur 100 ml



Dibiarkan sampai mengendap



Diukur tinggi masing-masing fraksi

( pasir, liat, debu)




Ditentukan tekstur tanah dengan segitiga tekstur


Hasil











3.3.3 Penentuan Berat Isi
Tanah Kering Oven


Ditimbang



Dikeluarkan dari ring sampel



Dibersihkan ring


Ring Kosong


Diukur jari-jari dalam ring



Diukur tinggi ring



Dihitung nilai BI =


Hasil
                      












              





3.3.4 Penentuan Berat Jenis
Beaker Glass


Diisi air panas ketinggian 200 ml



Dipindahkan kegelas ukur sebanyak 100 ml


Tanah


Dihaluskan sampai halus



Diayak



Dimasukan kedalam beaker glass

Ditambahkan air sampel volume 200 ml dalam gelas ukur dan diaduk


Gelas Ukur


Dihitung volume air pada gelas ukur

sebagai volume padatan



Dihitung nilai BJ


BJ =



Dicatat hasilnya


Hasil


3.3.5 Kapasitas Tanah Menahan Air
Contoh Tanah


Dihaluskan



Ditimbang sebanyak 110 gram



Dimasukan kedalam beaker glass 250 ml


Beakker Glass


Ditambahkan sedikit demi sedikit air

( dan gelas ukur 100 ml ) sampai air

menggenang diatas permukaan tanah


Diukur banyak air yang dituang


Hasil

3.3.6 Konsistensi Tanah
Contoh Tanah


Diambil dalam keadaan kering lalu dipijat



Disemprot air sampai lembab



Dipijat dengan ibu jari dan telunjuk



Disemprot air sampai basah



Dibuat gulungan pita tanah



D : 1/2cm, P : 5cm



Kedua ujung ditemukan


sampai patah




Diuraikan sifat konsistensi tanah berbagai keadaan




Disualisasi


Hasil

3.4   Analisa Prosedur

3.4.1      Pengambilan Contoh

a.   Pengambilan Contoh Tanah Utuh.

Dalam praktikum Ilmu Tanah tentang Pengambilan Contoh Tanah Utuh yang dilakukan pertama kali adalah menyiapkan alat dan bahan yang digunakan. Alat yang digunakan adalah ring sample untuk mengambil sampel tanah utuh, cetok untuk mengambil tanah dan menggal tanah, nampan untuk wadah alat dan sampel tanah agar tidak rusak dalam perjalanan,jangka sorong untuk mengukur diameter dan tinggi ring sampel, timbangan analitik untuk menimbang ring sampel dengan ketelitian 10-2 gram. Sedangkan bahan yang digunakan adalah tanah sebagai obyek pengamatan dan kertas label untuk member tanda pada peralatan.
Selanjutnya diambil ring sampel dan ditimbang dengan timbangan analitik dengan tingkat ketelitian 10-2 gram. Lalu ring diukur tinggi dan diameter dengan menggunakan jangka sorong. Dalam pengambilan contoh tanah utuh menggunakan ring sampel agar tanah yang dimbil tidak pecah atau dengan kata lain tanah tetap utuh. Langkah selanjutnya tanah yang akan diambil untuk diteliti, terlebih dahulu tanah diratakan dan dibersihkan terlebih dahulu. Selanjutnya ring diletakkan diatas tanah secara tegak lurus agar tanah sampel tidak pecah. Lalu digali tanah disekeliling ring menggunakan cetok, ring pertama dimasukkan sampai ¾ bagian. Cara memasukkan ring dengan cararing ditutup bagian atasnya dengan cetok lalu cetok dipukul dengan palu sehingga ring masuk dengan mudah. Selanjutnya dimasukkan ring kedua diatas ring pertama. Dimasukkan ring kedua sampai kira-kira sedalam 1 cm. setelah tanah disekitar ring telah digali, diambil ring pertama dan kedua. Pada saat pengambilan ring diusahakan tanah dalam ring tidak pecah. Ring yang digunakan pengamatan adalah tanah yang ada di ring pertama. Diratakan tanah pada bagian atas dan bawah ring. Lalu ditutup ring dan didapat hasil.

b.  Pengambilan Contoh Tanah Biasa.

Dalam praktikum Ilmu Tanah tentang Pengambilan Contoh Tanah Biasa yang dilakukan pertama kali adalah menyiapkan alat dan bahan yang digunakan. Alat yang digunakan adalah cetok untuk menggali tanah dan mengambil tanah dan nampan untuk wadah peralatan dan sampel tanah agar tidak rusak dalam perjalanan. Sedangkan bahan yang digunakan adalah tanah sebagai obyek pengamatan dan kertas label untuk member tanda.
Langkah selanjutnya, tanah bekas galian untuk pengambilan contoh tanah utuh diambil secukupnya dengan menggunakan cetok. Lalu tanah dimasukkan pada nampan dan nampan diberi kertas label. Tanah dalam nampan dikering anginkan. Didapat hasil.

3.4.2  Penentuan Tekstur Tanah dengan Peraasan

a.   Penentuan Tekstur Tanah dengan Perasaan.

Dalam praktikum Ilmu Tanah tentang Penentuan Tekstur Tanah dengan Perasaan yang dilakukan pertama kali adalah menyiapkan alat dan bahan yang digunakan. Alat yang digunakan adalah nampan untuk wadah peralatan sampel tanah. Sedangkan bahan yang digunakan adalah tanah sebagai obyek pengamatan dan koran sebagai alas untuk menghancurkan tanah.
Langkah selanjutnya, tanah dikering anginkan lalu diambil kurang lebih 100 gram. Kemudian tanah yang sudah halus diambil sebanyak 1 sendok makan dan diletakkan pada telapak tangan. Selanjutnya tanah diberi air sedikit demi sedikit sambil diaduk dengan tangan. Sambil diaduk, ditaksir berapa kira-kira pasir yang ada. Kemudian ditetaskan sedikit air lagi. Selanjutnya, tanah dipijat-pijat diantara telunjuk dan ibu jari. Lalu ditambahkan sedikit air lagi sampai tanah bias digulung dengan diameter ± ½ cm dan panjang ± 5 cm. setelah itu ditentukan tekstur tanahnya tergolong pasir, liat ataupun debu. Didapat hasil.

b.  Penentuan Tekstur Tanah secara Sederhana.

Dalam praktikum Ilmu Tanah tentang Penentuan Tekstur Tanah secara Sederhana yang dilakukan pertama kali adalah menyiapkan alat dan bahan yang digunakan. Alat yang digunakan adalah timbangan analitik untuk menimbang sampel tanah dengan ketelitian 10-2 gram, beaker glass 250 ml sebagai tempat air dan obyek pengamatan, nampan untuk wadah peralatan dan sampel tanah. Sedangkan bahan yang digunakan adalah tanah sebagai obyek pengamatan, air sebagai media yang dihitung pada beaker glass, dan koran sebagai alas untuk menhaluskan tanah. Sedangkan bahan  yang digunakan adalah tanah sebagai obyek pengamatan, koran sebagai alas untuk menghancurkan tanah dan air sebagai media yang dihitung pada beaker glass.
Langkah selanjutnya adalah tanah yang sudah dihaluskan ditmbang 50 gram menggunakan timbangan analitik. Lalu dimasukkan dalam gelas ukur 100 ml dan ditambahkan air hingga batas 100 ml. Setelah itu, diaduk menggunakan spatula dan diiarkan mengendap dan membentuk larutan. Setalah itu, diukur tinggi tanah dengan asing – masing fraksi dan dihitung masing-masing presentasinya. Lalu, ditentukan tekstur tanah dengan menggunakan segitiga tekstur dan dicacat hasilnya.

3.4.3  Penentuan Bobot Isi

Dalam praktikum Ilmu Tanah tentang Penentuan Bobot Isi yang dilakukan pertama kali adalah menyiapkan alat dan bahan yang digunakan. Alat yang digunakan adalah timbangan analitik untuk menimbang sampel tanah dengan ketelitian 10-2 gram, jangka sorong untuk mengukur diameter dan tinggi ring sampel, palu untuk menghaluskan tanah, kalkulator untuk menghitung bobot isi tanah, oven untuk mengeringkan tanah pada ring sampel. Sedangkan bahan yang digunakan adalah tanah kering oven sebagai obyek pengamatan, dan koran sebagai alas untuk menghaluskan tanah.
Langkah selanjutnya tanah kering oven diambil dan ditimbang menggunakan timbangan analitik dengan tingkat ketelitian 10-2 gram. Selanjutnya, tanah dikeluarkan dari ring sampel. Lalu setelah tanah dikeluarkan, ring yang telah kosong dibersihkan. Selanjutnya ring kosong diukur jari-jari menggunakan jangka sorong. Selain itu, tinggi ring sampel juga diukur menggunakan jangka sorong pula. Langkah selanjutnya dihitung nilai BI dengan rumus :

BI =

Dicacat hasilnya.

3.4.4  Penentuan Bobot Jenis

Dalam praktikum Ilmu Tanah tentang Penentuan Bobot Jenis yang dilakukan pertama kali adalah menyiapkan alat dan bahan yang digunakan. Alat yang digunakan adalah timbangan analitik untuk menimbang sampel tanah dengan ketelitian 10-2 gram,  jangka sorong untuk mengukur diameter dan tinggi ring sampel, ring sampel untuk tempat mengambil tanah utuh, palu untuk menghaluskan tanah, oven untuk mengeringkan tanah pada ring sampel, beaker glass 250 ml sebagai tempat air dan obyek pengamatan, gelas ukur 100 ml sebagai tempat air dan obyek pengamatan, ayakan untuk menyaring tanah yang dihaluskan, dan spatula untuk mengaduk. Sedangkan bahan  yang digunakan adalah tanah kering oven sebagai obyek pengamatan, koran sebagai alas untuk menghaluskan tanah, dan air panas untuk melarutkan tanah
Langkah selanjutnya disiapkan beaker glass 250 ml. Lalu diisi air panas sampai volume 200 ml. setelah itu air dalam beaker glass dipindahkan ke gelas ukur sebanyak 100 ml. Kemudian diambil tanah dan dihancurkan sampai tanah halus dengan menggunakan palu. Kemudian tanah yang telah halus diayak dengan menggunakan ayakan. Tanah dimasukkan dalam beaker glass 250 ml yang telah terisi air 100 ml dan diaduk menggunakan spatula sampai air dan tanah tercampur. Lalu dipindah lagi kedalam gelas ukur dan ditambah air sampai volume 200 ml. dari gelas ukur, dihitung volume air pada gelas ukur sebagai volume padatan. Kemudian dihitung nilai BJ dengan rumus :
BJ =  
Dicacat hasilnya.

3.4.5  Konsistensi Tanah

Dalam praktikum Ilmu Tanah tentang Penentuan Bobot Jenis yang dilakukan pertama kali adalah menyiapkan alat dan bahan yang digunakan. Alat yang digunakan adalah nampan untuk wadah peralatan sampel tanah. Sedangkan bahan  yang digunakan adalah tanah sebagai obyek pengamatan, air sebagai media yang dihitung pada beaker glass.
Langkah selanjutnya adalah diambil tanah dalam keadaan kering lalu dipijat. Lalu disemprot dengan air sampai tanah menjadi lembab. Kemudian tanah dipijat lagi dengan ibu jari dan jari telunjuk. Selanjutnya tanah disemprot lagi sampai basah. Setelah itu, tanah yang basah tadi dibuat gulungan dengan diameter ± ½ cm dan panjang 5 cm. lalu ditemukan kedua ujung sehingga membentuk cincin. Kemudian diuraikan sifat konsistensi tanah. Didapat hasil.






3.4.6  Kapasitas Tanah Menahan Air

Dalam praktikum Ilmu Tanah tentang Penentuan Bobot Jenis yang dilakukan pertama kali adalah menyiapkan alat dan bahan yang digunakan. Alat yang digunakan adalah adalah timbangan analitik untuk menimbang sampel tanah dengan ketelitian 10-2 gram, beaker glass 250 ml sebagai tempat air dan obyek pengamatan, gelas ukur 100 ml sebagai tempat air dan obyek pengamatan, dan spatula untuk menghomogenkan. Sedangkan bahan  yang digunakan adalah tanah sebagai obyek pengamatan, air sebagai media yang dihitung pada beaker glass, koran sebagai alas untuk menghaluskan tanah.
Langkah selanjutnya contoh tanah dihaluskan dengan palu dan alasnya menggunakan koran. Setelah tanah halus, ditimbang sebanyak 150 gram menggunakan timbangan analitik. Lalu dimasukkan kedalam beaker glass 250 ml, setelah itu ditambahkan sedikit demi sedikit air yang disiapkan pada gelas ukur sebanyak 10 ml. ditambah air sampai air menggenang diatas permukaan tanah. Selanjutnya diukue banyaknya air yang dituangkan. Didapat hasil.















4. PEMBAHASAN

4.1     Data Hasil Praktikum
          Perhitungan BI, BJ, Porositas dan Kadar Lengas Tanah

Notasi
Parameter Analisa
Satuan
Hasil
Pengamatan
A.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

B.
j.
k.

C.
ℓ.

m.



D.
n.

Perhitungan Bobot Isi
Nomor contoh
Massa tanah basah + ring sampel
Massa tanah kering oven + ring sampel
Massa ring sampel
Massa tanah kering oven atau (c-d)
Jari-jari bagian dalam silinder
Tinggi silinder (t)
Volume silinder = πr2t = {πx(f)2xg}
Bobot isi = Massa padatan atau e
                   Volume tanah          h
Perhitungan Bobot Jenis
Volume air sisa
Bobot jenis =  Massa padatan atau e
                      Volume  padatan        j
Perhitungan Porositas Total
Volume pori = V tanah – V padatan
                  atau (h-j)
Porositas total =  Volume pori x 100%
                           Volume tanah
                     atau L X 100%
                             H
Perhitungan Kadar Air Massa
Kadar air massa =             Massa air            
                              Massa tanah kering oven      
                           = (b-c)
                                 E

-
gram
gram
gram
gram
cm
cm
cm3
gr/cm3


ml(cm3)
gr/cm3









gram/
gram

-
309
256
92
164
2,4
5,16
93,3
0,76


40
4,1


53,3

57%




0,323



          Konsistensi Tanah Secara Kualitatif

No.
Jenis Konsistensi
Hasil
1.
2.
3.

Konsistensi kering
Konsistensi lembab
Konsistensi tanah basah
-   Kelekatan
-   Plastisitas
Lunak
Lembut

Agak lekat
Agak plastis

            Tekstur Tanah

Perlakuan
Jenis Tanah
a.   Perasaan
b.   Sederhana
Liat berpasir
Liat

          Data Hasil Pengamatan Semua Kelompok

Kelompok
BI(gr/cm3)
BJ(gr/cm3)
KTMA (mℓ)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
1,38
1,85
1,85
1,53
1,40
1,34
0,017
1,40
0,76
1,3
1,56
2,61
2,64
2,64
3,75
3,02
2,48
15,18
2,08
4,1
2
2,8
61
70
70
93
110
86
89
80
70
100
91


4.2 Perhitungan
A. perhitungan Bobot Isi
a. Massa Tanah + Ring sample = 256 gr
b. Massa Tanaj Kering Oven + Ring Sample = 164 gr
c. Massa Ring Sample = 98 gr
d. Jari-Jari Bagian Dalam Silinder = 4, 96 cm
e. Tinggi Silinder = 5,16 cm
f. Bobot Isi  =  
                  =  = 0,76 gr/cm3
B. Perhiungan Bobot Jenis
g. Volume Air Sisa = 11 ml(cm3)
h. Bobot Jenis =
                      =  = 1,17
C. Perhitungan Porositas Total
i. Volume Pori = Volume Tanah – Volume Padatan
                      = 93,3 – 40 = 53,3
j. Porositas Total =  X 100 %
                           =  X 100% = 57, 12 %

D. perhitungan Kadar Air Massa
k. KAM =
            =  = 0, 32
E. KTMA
    V.awal = 100
    V. sisa = 30
    V. akhir (KTMA) = V. awal – V. sisa
                            = 100 – 30 = 70



















4.3      Analisa Hasil

4.3.1  Pengambilan Contoh Tanah

Pada praktikum Ilmu Tanah tentang Pengambilan Contoh Tanah diambil sampel di KOlam Pematang Semi Permanen yang lokasinya berada di Stasiun Percobaan Budidaya Ikan Air Tawar desa Sumber Pasir Malang.
Menurut Suganda et al, (2006), pengambilan contoh tanah merupakan tahapan penting untuk menetapkan sifat-sifat fisik di Laboratorium harus dapat menggambarkan keadaan sesunggihnya sifat fisik tanah di Lapangan.

4.3.2  Penentuan Tekstur Tanah

a.   Penentuan Tekstur Tanah dengan Perasaan

Pada praktikum Ilmu Tanah tentang Penentuan Tekstur Tanah dengan Perasaan di dapat hasil yaitu pada saat penaksiran pasir yang ada, praktikan merasakan tanah banyak mengandung liat dan saat pembuatan gulungan di dapat hasil yaitu tanah bias digulung karena tanah dominan liat.
Menurut Hanafiah (2009), tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separate) yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fragsi pasir (sand) (berdiameter 2.00 – 0.20 mm atau 2000 – 200 µm) dan liat (clay) (< 2 µm). partikel berukuran diatas 2 mm seperti kerikil dan bebatuan kecil tidak tergolong sebagai fragsi tanah.

b.  Penentuan Tekstur Tanah secara Sederhana

Pada praktikum Ilmu Tanah tentang Penentuan Tekstur Tanah secara Sederhana didapat hasil yaitu pada pengukuran tinggi masing-masing fragsi : pasir 30%, liat 50% dan debu 20%. Dan saat penentuan tekstur tanah dengan segitiga tekstur di dapat hasil bahwa tanah tersebut liat.



Menurut Hanafiah (2009), secara keseluruhan tekstur tanah ditentukan oleh :
1.      Ukuran dan komposisi partikel-partikel hasil pelapukan bahan penyusun tanah.
2.      Jenis dan proporsi komponen-komponen penyusun partikel ini.
3.      Keseimbangan antara suplay air, energy dan bahan dengan kehilangannya.
4.      Intensitas reaksi kimiawi dan biologis yang telah atau sedang berlangsung.

4.3.3  Konsistensi Tanah

Pada praktikum Ilmu Tanah tentang Konsistensi Tanah dilakukan pada beberapa kadar air tanah yaitu pada saat basah, lembab dan kering. Pada saat kadar air kering didapat hasil lunak karena dengan sedikit tekanan antara tangan, tanah mudah tercerai menjadi butiran, kohesi kecil. Pada saat kadar air lembab didapat hasil gembur karena bila diremas dapat bercerai, bila digenggam dapat bergumpar, melekat bila ditekan. Sedangkan pada saat kadar air basah didapat hasil untuk kelekatan yang menunjukkan derajat adhesi tanah adalah agak melekat karena bila kedua jari direnggangkan tanah tertinggal pada kedua jari, dan untuk plastisitas yang menunjukkan derajat kohesi tanah adalah agak plastis karena terbentuk gelintiran tanah, massa tanah mudah berubah bentuk.
Menurut Foth (1991), konsistensi digambarkan untuk tiga tingkat kelembaban : basah, lembab dan kering. Saat tanah tertentu dapat menjadi lekat bila basah, teguh bila lembab dan keras bila kering. Istilah-istilah tersebut digunakan untuk menggambarkan konsistensi termasuk :
1.         Tanah basah : tidak lekat, lekat, tidak plastis, plastis.
2.         Tanah lembab : mudah lepas, mudah pecah, teguh.
3.         Tanah kering : lepas, halus, keras.





4.3.4  Kapasitas Tanah Menahan Air

Dari praktikum Ilmu Tanah dalam Kapasitas Tanah didapatkan pada kelompok 9 yaitu kemampuan tanah menahan air adalah 70 ml. hasil ini didapatkan dari contoh tanah 150 gr yang dimasukkan ke dalam beaker glass ukuran 200 ml.
Menurut Hanafiah (2009), factor-faktor yang mempengaruhi kapasitas tanah menahan air antara lain :
1.         Tekstur tanah.
2.         Kadar bahan organik tanah (BOT).
3.         Senyawa kimia.
4.         Kedalaman solum.






















4.4     Analisa Grafik
4.4.1 Grafik Bobot Isi + Analisa Grafik Bobot Isi


          Dari grafik tersebut didapatkan hasil untuk masing-masing kelompok yaitu nilai bobot isi dari kelompok 1 yaitu sebesar 1,38 gr/cm3, nilai bobot isi dari kelompok 2 yaitu sebesar 1,85 gr/cm3, nilai bobot isi dari kelompok 3 yaitu sebesar 1,85 gr/cm3, nilai bobot isi dari kelompok 4 yaitu sebesar 1,53 gr/cm3, nilai bobot isi dari kelompok 5 yaitu sebesar 1,40 gr/cm3, nilai bobot isi dari kelompok 6 yaitu sebesar 1,34 gr/cm3, nilai bobot isi dari kelompok 7 yaitu sebesar 0,017 gr/cm3, nilai bobot isi dari kelompok 8 yaitu sebesar 1,40 gr/cm3, nilai bobot isi dari kelompok 9 yaitu sebesar 0,76 gr/cm3, nilai bobot isi dari kelompok 10 yaitu sebesar 1,3 gr/cm3 dan nilai bobot isi dari kelompok 11 yaitu sebesar 1,56 gr/cm3.
          Diambil kesimpulan bahwa kelompok yang mempunyai nilai bobot isi tertinggi yaitu kelompok 2 dan 3 dengan nilai bobot isi sebesar 1,85 gr/cm3. Sedangkan kelompok yang mempunyai nilai bobot isi terendah yaitu pada kelompok 7 dengan nilai bobot isi sebesar 0,017 gr/cm3.
          Menurut Sunarmi et al, (2006), bobot isi ditentukan oleh jumlah ruang pori dan padatan tanah. Semakin basa jumlah ruang pori tanah, semakin kecil bobot isinya. Partikel pasir memiliki bobot isi tinggi daripada tanah liat.





4.4.2 Grafik Bobot Jenis + Analisa Grafik Bobot Jenis


          Dari grafik tersebut didapatkan hasil untuk masing-masing kelompok yaitu nilai bobot jenis dari kelompok 1 yaitu sebesar 2,61 gr/cm3, nilai bobot jenis dari kelompok 2 yaitu sebesar 2,64 gr/cm3, nilai bobot jenis dari kelompok 3 yaitu sebesar 2,64 gr/cm3, nilai bobot jenis dari kelompok 4 yaitu sebesar 3,75 gr/cm3, nilai bobot jenis dari kelompok 5 yaitu sebesar 3,02 gr/cm3, nilai bobot jenis dari kelompok 6 yaitu sebesar 2,48 gr/cm3, nilai bobot jenis dari kelompok 7 yaitu sebesar 15,18 gr/cm3, nilai bobot jenis dari kelompok 8 yaitu sebesar 2,08 gr/cm3, nilai bobot jenis dari kelompok 9 yaitu sebesar 4,1 gr/cm3, nilai bobot jenis dari kelompok 10 yaitu sebesar 2 gr/cm3 dan nilai bobot jenis dari kelompok 11 yaitu sebesar 2,8 gr/cm3.
          Diambil kesimpulan bahwa kelompok yang mempunyai nilai bobot jenis tertinggi yaitu kelompok 7 dengan nilai bobot jenis sebesar 15,18 gr/cm3. Sedangkan kelompok yang mempunyai nilai bobot jenis terendah yaitu pada kelompok 10 dengan nilai bobot jenis sebesar 2 gr/cm3.
          Menurut Sunarmi et al, (2006), bahan organik sangat mempengaruhi nilai bobot jenis tanah, lapisan tanah mempunyai bobot jenis lebih rendah daripada lapisan batuan.
              BJ =   Massa padatan (gr)    = mp     gram
                      Volume padatan (cm3)     vp       cm3
          Kerapatan partikel adalah bobot massa partikel padat per satuan volume tanah, biasanya tanah mempunyai kerapatan partikel 2,69 cm3 (Hanafiah, 2009).


4.4.3 Grafik Porositas Total + Analisa Grafik Porositas Total


Dari grafik tersebut didapatkan hasil untuk masing-masing kelompok yaitu nilai porositas total dari kelompok 1 yaitu sebesar 61 mℓ, nilai porositas total dari kelompok 2 yaitu sebesar 70 mℓ, nilai porositas total dari kelompok 3 yaitu sebesar 70 mℓ, nilai porositas total dari kelompok 4 yaitu sebesar 93 mℓ, nilai porositas total dari kelompok 5 yaitu sebesar 110 mℓ, nilai porositas total dari kelompok 6 yaitu sebesar 86 mℓ, nilai porositas total dari kelompok 7 yaitu sebesar 89 mℓ, nilai porositas total dari kelompok 8 yaitu sebesar 80 mℓ, nilai porositas total dari kelompok 9 yaitu sebesar 70 mℓ, nilai porositas total dari kelompok 10 yaitu sebesar 100 mℓ dan nilai porositas total dari kelompok 11 yaitu sebesar 91 mℓ.
          Diambil kesimpulan bahwa kelompok yang mempunyai nilai porositas total tertinggi yaitu kelompok 5 dengan nilai porositas total sebesar 110 mℓ. Sedangkan kelompok yang mempunyai nilai porositas total terendah yaitu pada kelompok 1 dengan nilai porositas total sebesar 61 mℓ.
          Menurut Sunarmi et al, (2006), tanah pasir mempunyai pori-pori makro banyak dan sulit menahan air sehingga makro dan mikro lebih banyak dari tanah pasir. Porositas tanah dipengaruhi oleh :
-     Kandungan bahan organik
-     Struktur tanah
-     Tekstur tanah



4.5 HUbungan Bobot Isi, Bobot Jenis, Ruang Pori dan Bahan Organik
Berat Isi dan Berat Jenis tanah saling berhubungan. Salah satu manfaat nilai berat isi tanah, yaitu untuk menghitung porositas. Untuk menghitung porositas kita harus mengetaui berat jenis partikelnya terlebih dahulu. Sedangkan salah satu manfaat berat jenis, yaitu untuk menentukan perhitungan ruang pori dalam tanah. Untuk menghitung ruang pori dalam tanah, kita harus mengetahui berat isi tanah terlebih dahulu (Nabilussalam, 2011).
Berat jenis partikel dari suatu tanah memperlihatkan kerapatan dari partikel secara keseluruhan. Hal ini menunjukkan sebagai perbandingan massa total dari partikel padatan dengan total volume dan tidak termasuk ruang pori diantara partikel (termasuk berat air dan udara). Besarnya berat jenis partikel bahan organik umumnya berkisar antara 1,3 sampai 1,5 gram persentimeter kubik ( Adekoer, 2010 ).
4.6 Hubungan Antara Tekstur Tanah dan Kapasitas Tanah Menahan Air
Tekstur tanah yang berbeda mempunyai kemampuan menahan air yang berbeda pula. Tanah bertekstur halus, contohnya: tanah bertekstur liat, memiliki ruang pori halus yang lebih banyak, sehingga berkemampuan menahan air lebih banyak. Sedangkan tanah bertekstur kasar, contohnya: tanah bertekstur pasir, memiliki ruang pori halus lebih sedikit, sehingga kemampuan manahan air lebih sedikit pula (Sofyan, 2010).
Banyaknya kandungan air tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan air (moisture tension) dalam tanah tersebut. Kemampuan tanah dapat menahan air antara lain dipengaruhi oleh tekstur tanah. Tanah-tanah yang bertekstur kasar mempunyai daya menahan air yang lebih kecil dari pada tanah yang bertekstur halus. Pasir umumnya lebih mudah kering dari pada tanah-tanah bertekstur berlempung atau liat (Wide, 2011).


4.7 Aplikasi Ilmu Tanah Dalam Perikanan
            Dari praktikum ilmu tanah yang telah dilakukan, dapat piaplikasikan secara langsung dalam bidang perikanan antara lain :
Ø  Untuk menentukan kandungan tanah yang baik (pH, tektur tanah, konsistensi, berat jenis, dan lain-lain) yang dapt mendukung kesuburan pertanian.
Ø  Tanah merupakan factor utama dalam pembuatan kolam atau tambak budidaya karena tanah digunakn sebagai tempat atau wadah untuk menampung air sebagai media hidup ikan.
Ø  Tanah yang baik untuk kolam budidaya terutama tambak adalah tanah alluvial, karena mempunyai morfologi berlapis-lapis. Mengandung banyak unsur hara dan bila dipakai untuk memelihara ikan di tambak mampu memberi hasil yang cukup menjajikan.












5.    PENUTUP

5.1 Kesimpulan
          Dari Hasil Analisis dalm Praktikum Ilmu Tanah dapat disimpulkan sebagai berikut :
Ø Tanah adalah materi terkonsolidasi mineral di permukaan laut langsung yang berfungsi sebagai medium untuk pertumbuhan tanaman.
Ø Proses pebentukan tanah dibagi menjadi 3 yaitu :
a.    Secara kimia
b.    Secara fisik
c.    Secara biologi
Ø Jenis-jenis tanah dibagi menjadi 8 yaitu :
a.    Tanah humus
b.    Tanah pasir
c.    Tanah alluvial
d.    Tanah podzolik
e.    Tanah vulkanik
f.     Tanah laterit
g.    Tanah Mediteran
h.    Tanah gambut
Ø Tanah berperan sebagai alat produksi pertanian yaitu sebagai tempat berdirinya tanaman. Sebagai gudang unsu-unsur hara yang diperlukan tanaman dan persediaan air bagi tanaman.
Ø Contoh tanah adalah suatu volume tanah yang diambil dari suatu bagian tubuh tanah (horizon/lapisan solum) dengan cara-cara tertentu.
Ø Macam-macam pengambilan contoh tanah ada dua, yaitu pengambilan contoh tanah terusik dan tidak terusik.
Ø Faktor yang mempengaruhi pengambailan contoh tanah adalah sifat fisik dan kimia tana, adanya unsu-unsur beracun di dalam tanah.
Ø Tekstur tanah adalah keadaan ingkat kehalusan tanah yang terjadi karena adanya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung di dalam tanah.
Ø Struktur tanah adalah susunan partikel tanah dan ruang pori antara keduanya.
Ø Macam-macam sruktur tanah yaitu struktur tanah berbutir, kubus, lempeng, dan prisma.
Ø Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan struktur tanah adalah iklim, organism, bahan induk, topografi dan waktu.
Ø Bobot isi adalah nobot  murni pada tanah kering tanpa adanya kadar air dan fraksi-fraksi lain.
Ø Bobot jenis adalah nisbah antara masa padatan dengan volume padatan tanah.
Ø Ruang pori tanah yaitu bagian tanah yang terisi oleh udara atau air.
Ø Tanah menunjukkan pada daya tarik menarik antar jarak tanah dalm suatu massa tanah atau menunjuk pada ketahanannya teradap pemisahan atau perubahan bentuk.
Ø Porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organic, struktur tanah dan tekstur tanah.
Ø Kapasitas tanah menahan air berhubungan dengan luas permukaan adsorpsi dan volume ruang pori, sehingga ditentukan oleh tekstur maupun struktur tanah.
Ø Pada perhitungan bobot jenis didapat hasil sebagai berikut yakni : BJ = 3.73 gr/m3.
Ø Pada perhitungan bobot isi didapat hasil sebagai berikut yakni : BI = 1.33 gr/m3.
Ø Pada kapasitas tanah menahan air didapat hasil tanah kering seberat 150 gr, volume air 100 ml. Sehingga nilai KTMAnya adalah 93 ml.
Ø Pada perhitungan porositas tanah didapatkan hasil sebesar 45%


5.2 Saran
                  Pada praktikum imu tanah diharapkan agar asisten dapt dapat lebih menjelaskan dan mengarahkan praktikannya. Sehingga praktikan dapat lebih memahami materi yang dipraktikan. Dengan demikian hasil yang diperoleh akan lebih optimal dari yang sebelumnya.


DAFTAR PUSTAKA
-       Adam. 2009. Tanah. http://adamkaz.blogspot.com/Diakses pada 2 April 2011, pukul 16.00 WIB.
-       Adekoer. 2010. Berat Isi Tanah dan Berat Jenis Tanah. http://www.Adekoer.wordpress.com.Diakses pada 2 April 2011 pukul 16.10 WIB.
-       Aditya. 2010. Proses Pembentukan Faktor dan Jenis. http://Adity.pandhu.blogspot.com. Diakses pada tanggal 2 April 2011 pukul 12.00 WIB.
-       Agusman. 2006. Karakterisasi Tanah-Tanah Berwarna Hitam hingga Merah Diatas Farmasi Kors Kabupaten Gunung Kidul. Vol 6. Hal 39—46.
-       A.K.Turner, dkk. 1984. Soil-Water Management. IDP : Canberra.
-       Bimbi. 2010. Bobol Isi dan Bobot Jenis. http://Bimbi.wordpress.com. Diakses pada 3 April 2011, Pukul 17.90 WIB.
-       Brady, Nyle. C. 1974. The Nature and Properties of Soils. Macmillah Publishing Co, Inc. USA.
-       Buckman, Harry. 1960. The Nature and Properties of Soils. The Macmillan Company : New York.
-       Dedy. 2009. Tekstur Tanah. http://www.Dydear. Multiply. Jurnal Tekstur Tanah. Mht. Diakses pada tanggal 2 April 2011, Pukul 15.30 WIB.
-       Ehsa. 2011. Pengambilan Contoh Tanah. http://ehsablog.com. Diakses pada tanggal 2 April 2011, Pukul 15.00 WIB.
-       Endang. 2006. Kapasitas Tanah Menahan Air. http://endahy.usu.ac.id. Diakses pada tanggal 3 April 2011, pukul 08.00 WIB.
-       Fahmi dan Eko. 2008.  Pengaruh Kondisi Redoks Terhadap Stabilitas Kompleks Organik Besi Pada Tanah Sulfat Masam.
-       Foth, Hery D. 1986. Fundamental of Soil Science. Gajah Mada University : Yogyakarta.
-       Hanafiah, Kemas. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta.
-       Hardjowigeno, Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.
-       Hardjowigeno, Sarwono. 2005. Tanah Sawah. Bayu Media Publishing, Malang.
-       Hikmatulloh. 2009. Karakteristik Tanah-Tanah Volkan Muda dan Kesesuaian Lahannya untuk Pertanian di Halmahera Barat. Vol.9 No. 1 Hal 20—29.
-       Indra. 2005. Kapasitas Tanah. http://indra.wordpress.com. Diakses pada tanggal 2 April 2011, pukul 17.00 WIB.
-       Indranada, Henry. 1985. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Penerbit PT. Bina Aksara, Jakarta.
-       Islami, Titiek. 1995. Hubungan Tanah, Air, dan Tanaman. Penerbit IKIP Semarang Press, Jakarta.
-       Jefry. 2006. Pemupukan kesuburan Perairan. http://jefry. Blogspot.com, Diakses pada 3 April 2011 pukul 14.00 WIB.
-       Jacob, Agustinius. 2010. Pengambilan Contoh Tanah. http://tumoutou.net.html. Diakses pada tanggal 2 April 2011, pukul 14.30 WIB.
-       Kartasapoetra, dkk. 1987. Teknologi Konvesvasi Tanah dan Air. PT. Bina Aksara, Jakarta.
-       Majid. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. http://majid.blogspot. Diakses pada tanggal 3 April 2011 pukul 14.00 WIB.
-       Mittha. 2009. Pengambila Contoh Tanah. http://khmandayu.blogspot.com. Diakses pada tanggal  4 April 2011 pukul 12.00 WIB.
-       Nabilusalam. 2011. Berat Isi dan Berat Jenis Tanah. http:// nabilasalam.word press.com. Diakses 5 April 2011 pukul 13.00 WIB.
-       Nawawi. 2001. Fungsi Penentuan Ph Tanah. http://nawawi.blogspot.com. Diakses pada tanggal 3 April 2011 pukul 14.00 WIB.
-       Notohadi Prawiro, Tejogunowo. 1999. Tanah dan Lingkungan. Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi, Jakarta.
-       Poerwowidodo. 1991. Ganesha Tanah. Penerbit Rajawali Pers, Jakarta.
-       Rafi’i, Suryatna. 1982. Ilmu Tanah. Penerbit Aksara, Bandung.
-       Rahman. 2004. Ph Tanah. http://rahman.blogspot.com. Diakses pada tanggal 4 April 2011 pukul 20.01 WIB.
-       Rao, Subba. 2007. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Jakarta : Universitas Indonesia.
-       Resma, dkk. 2006. Kajian Beberapa Sifat Kimia dan Fisika Inception pada Toposekuen Lereng Selatan Gunung Merapi Kabupaten Sleman. Vol. 6. Hal 101—108.
-       Restu, Agus. 2010. Macam-Macam Struktur Tanah http://restuagus.b;ogspot.com. Diakses pada tanggal 3 April 2011 pukul 15.00 WIB.
-       Risma. 2010. Ilmu Tanah. http://risma.wordpress.com. Diakses pada 4 April 2011 pukul 20.10 WIB.
-       Sarief, Saifuddin. 1986. Kesuburan dan Permukaan Tanah Pertanian. CV. Pustaka Buana, Bandung.
-       Sidogol. 2008. Jenis Macam Tanah di Indonesia. http://sidogol.blogspot.com. Diakses pada tanggal 3 April 2011 pukuk 17.00 WIB.
-       Sofyan. 2010. Air Tanah. http://sofyanarekelasb.blogspot.com. Diakses pada tanggal 4 April 2011.
-       Sunarmi, Prapti, dkk. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Malang : Fakultas Perikanan Jurusan Budidaya Universitas Brawijaya.
-       Suprayoga, Etal. 2010. Degradasi Sifat Fisik Tanah sebagai  Akibat Alih Guna Lahan. Hal 60—68.
-       Susanto. 2005. Macam Ph Tanah. http://parurean.wordpress.com. Diakses pada tanggal 3 April 2011 pukul 18.00 WIB.
-       Suyanto. 1984. Macam Ph Tanah. http://suyanto.wordpress.com. Diakses pada tanggal 4 April 2011 pukul 18.00 WIB.
-       Wide. 2011. Dasar Ilmu Tanah. http://widerfuture.com/. Diakses pada tanggal 4 April 2011 pukul 18.45 WIB.